Pendapatan Bakrie & Brothers Melonjak 72%

Pada 2010, perseroan mampu mencatatkan perolehan pendapatan bersih sebesar Rp13,2 triliun.

Manajemen PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) semakin optimistis dengan prospek bisnis yang lebih baik pada 2011. Laporan keuangan konsolidasi perseroan pada 2010 menunjukkan indikator-indikator finansial yang semakin baik untuk memperkuat fundamental bisnis tahun ini.

"Pendapatan perseroan meningkat hingga 72 persen dan beban utang berhasil ditekan secara signifikan," kata Direktur Utama dan Chief Executive Officer (CEO) Bakrie and Brothers, Bobby Gafur Umar, dalam penjelasan tertulis yang diterima VIVAnews.com di Jakarta, Rabu 30 Maret 2011.

Dia menjelaskan, pada 2010, perseroan mampu mencatatkan perolehan pendapatan bersih sebesar Rp13,2 triliun dibandingkan periode sama 2009 sebesar Rp7,6 triliun.

Kontribusi signifikan diperoleh dari bisnis yang baru dimulai tahun lalu, yakni Bakrie Energy International, yakni hampir Rp5 triliun.

Bakrie and Brothers juga mampu membukukan potential book loss pada akhir 2010. "Ini berarti, beban potensi kerugian investasi pada 2008 yang selama ini dipikul perseroan telah terealisasi, dan diharapkan tidak akan berdampak terhadap kinerja 2011," ujarnya.

Bobby menjelaskan, selama 2010, Bakrie and Brothers juga sukses merampungkan proses pelunasan pinjaman dengan sejumlah kreditor melalui mekanisme debt buyback. Proses ini pada akhirnya berdampak pada penurunan posisi pinjaman perseroan senilai Rp2,3 tiliun.

Dalam proses pelunasan utang tersebut, dia menambahkan, Bakrie and Brothers menerapkan prinsip debt to asset settlement. "Artinya, kreditor perseroan menyetujui pelunasan pinjamannya dengan sejumlah saham yang dijaminkan kepada mereka atau dengan yang dimiliki oleh Bakrie and Brothers," tuturnya.

Dengan demikian, manajemen berhasil menurunkan beban utang dan seiring dengan itu mampu merealisasikan potential book loss yang selama ini dimiliki. Realisasi dari pelepasan saham itu yang sebenarnya merupakan faktor utama yang menyebabkan Bakrie and Brothers mencatat kerugian bersih Rp7,64 miliar di penghujung 2010.

"Kami menaruh harapan besar dari kenaikan permintaan minyak sawit mentah dan batu bara, yang sudah terlihat sejak paruh kedua 2010," kata Bobby.

Sementara itu, semakin membaiknya struktur keuangan perseroan, menurut dia, akan meringankan langkah Bakrie and Brothers pada 2011 untuk melakukan sejumlah kegiatan investasi, khususnya di sektor sumber daya alam dan infrastruktur.

"Tapi, kami juga perlu memperhitungkan dampak ekonomi global akibat gejolak politik di Timur Tengah yang bisa mempengaruhi stabilitas harga minyak dunia dan bencana alam di Jepang yang akan mempengaruhi keadaan ekonomi dunia," kata Bobby.

0 komentar:

Posting Komentar