Kenaikan Harga Minyak Menekan APBN

"Pemerintah harus membuat rencana baru, tidak bisa dengan asumsi yang lama." 

Wakil Ketua Dewan Permusyawaratan Rakyat, Pramono Anung, menyarankan pemerintah untuk mewaspadai dampak kenaikan harga minyak dunia. Pramono mengatakan kenaikan harga minyak akan memberi tekanan serius pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Harga minyak ini akan menjadi persoalan serius bagi kita. Karena kenaikan hampir US$18 per barel ini akan memberi tekanan sangat kuat bagi APBN," kata Pramono di Gedung DPR, Jakarta, Rabu 9 Maret 2011.

Pram menambahkan, setiap kenaikan harga minyak US$1 akan memberikan tekanan pada APBN sebesar kurang lebih Rp800 miliar. Sehingga apabila pemerintah tidak menyikapi dengan hati hati, dikhawatirkan akan menimbulkan efek berganda  (multiplier effect) yang memberatkan sektor industri.

"Karena semua sektor industri kan perlu bahan bakar, ini cukup mengkhawatirkan. Untuk itu, pemerintah harus membuat rencana baru, tidak bisa dengan asumsi yang lama. Sebab asumsi yang lama itu kan bedanya sudah US$18 ," jelas Pram.

Kemelut di Timur Tengah yang masih belum jelas akan selesai dalam waktu dekat, khususnya di Libya, menurut Pram, bisa memicu harga minyak semakin melonjak.

"Kalau melihat tren Libya yang sepertinya belum akan terselesaikan dalam waktu dekat, saya yakin (harga minyak) ini juga akan mengalami kenaikan. Sehingga untuk itu perlu kehati-hatian," kata Pram.

0 komentar:

Posting Komentar